Sabtu, 24 Desember 2011

Pendidikan Negara Sosialis


Ketika kita membicarakan tentang negara Sosialis, pasti yang terlintas di benak kita adalah suatu bangsa yang kaku. Suatu bangsa dimana segala sesuatu pemerintah yang pegang, dan juga negara tanpa adanya kepemilikan pribadi. Namun bagaimana dengan sistem pendidikan di negara sosialis, seperti Korea Utara, Uni Soviet, Cina, dan lain-lain? Apakah persepsi kekakuan juga melanda dunia pendidikan mereka?
Dunia pendidikan dalam negara sosialis, mengacu pada karakteristik umum negara sosialis itu. Karakteristik tentang doktrinisasi dan juga pengabdian total kepada negara, tidak luput dari sitem pendidikan negara sosialis itu sendiri. Disini dunia pendidikan atau sekolah berguna sebagai penciptaan kader-kader yang setia akan negara mereka. Karena di samping pemberian mata pelajaran umum, serta wajib untuk CALISTUNG (baca, tulis, menghitung) mereka juga diharuskan untuk dapat berkreasi yang bertujuan untuk kemajuan negara mereka itu sendiri. Juga prinsip-prinsip ideologi negara ditanamkan dalam usia dini. Sehingga tidak ada siswa atau mahasiswa yang lupa akan ideologi negaranya sendiri. Pemantapan ideologi itulah yang membuat mereka sangat setia akan negaranya.
Pada zaman Uni Soviet pendidikan adalah salah satu tempat untuk mempropagandakan ideologi komunis selain juga ada organisasi pemuda ( Komsomol ). Mereka percaya dengan memberikan propaganda tersebut akan melahirkan kader-kader komunis yang kuat. Pendidikan Uni Soviet juga berpegang teguh terhadap apa yang disebut dengan Manifesto Komunis. Dalam karya yang ditulis oleh Karl Marx dan Frederich Engels tersebut menyebutkan bahwa pendidikan harus didekatkan dengan produksi industri. Dalam pendekatan tesebut para peserta didik harus mempunyai 3 unsur, yaitu mental, fisis, dan politeknis. Keberhasilan dalam ketiga unsur tersebut adalah peluncuran satelit yang mengejutkan dunia dan khususnya Amerika Serikat. Pada sidang Pleno Partai Komunis 1958 dengan disahkan memorandum Krusjitjov, maka tidak ada pemisahaan antara kaum intelek dengan kaum pekerja. Karena dalam memoar tersebut dihapuskannya jurang pemisah antara pekerjaan fisik dengan pekerjaan otak. Agar terciptanya korelasi yang tepat diantara pendidikan umum, politeknik dan kejuruan sebagai kombinasi yang bijaksana antara pekerja, belajar dan dan rekreasi serta perkembangan fisik secara normal dari anak didik di sekolah terutama pendidikan menengah. Dalam hal pemantapan ideologi setiap sekolah, peserta didik di wajibkan untuk pawai, menyanyikan lagu nasional setiap masuk sekolah, serta harus melakukan janji setia terhadap negara. Hal tersebut bertujuan untuk menanamkan ideologi yang kuat dan memberikan mereka gambaran bahwa mereka sedang terlibat dalam revolusi dunia.
Lalu bagaimana dengan negara lainnya, disamping Uni Soviet kita juga bisa melihat perkembangan pendidikan di negara Korea Utara. Negara yang terisolir akibat program nuklirnya dan juga konflik dengan negara sebangsanya Korea Selatan, merupakan negara dengan presentase 99% penduduknya yang melek huruf. Wajib belajar yang dicanangkan negara ini adalah wajib belajar sebelas tahun. Dimana satu tahun untuk jenjang pra-sekolah, 4 tahun untuk sekolah dasar, dan 6 tahun untuk sekolah menengah. Kurikulum yang pokok dalam pendidikan di Korea Utara adalah bidang akademik dan juga politik. Seperti negara sosialis lainnya, pendidikan di Korea Utara di pegang sepenuhnya oleh negara. Negara bukan saja menyediakan fasilitas dan biaya pendidikan gratis, tetapi juga negara memberikan seragam serta buku panduan yang gratis kepada peserta didik. Ini semua dilakukan dengan harapan bahwa peserta didik dapat kreatif serta mandiri. Di Cina setelah dilakukan Reformasi Pendidikan oleh LI Lanqing pemerintah menerapkan wajib belajar 9 tahun. Dengan merubah kurikulum yang sesuai dengan  potensi dan kemampuan siswa juga pembelajaran yang dilakukan dengan berdiskusi yang mendorong siswa untuk mengembangkan pemikiran yang inovatif. Dalam pendidikan negara Cina aspek filosofi rakyat Cina tetap di terapkan disamping pendoktrinan. Kompensasi pengajar atau guru di Cina juga diperhatikan, ini terlihat dari dana pendidikan yang mencapai 20% pertahun atau 548 miliyar Yuan pada tahun 2002 dan ini terus berkembang. Sehingga nasib pengajar sangat sejahtera, dan juga guru-guru tidak melakukan segala jenis pungli kepada siswanya.
Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Sistem pendidikan jenis ini pernah dibawa oleh seorang Tan Malaka dengan didirikannya Sekolah Rakyat jauh sebelum Ki Hajar Dewantara membentuk Taman Siswa. Tan Malaka sendiri bermaksud untuk mendidrikan sekolah yang sesuai dengan hajat hidup bangsa Indonesia. Dia menciptakan sendiri sistem pendidikan yang sangat berbeda dengan sistem pendidikan pada masa itu. Dalam brosur SI Semarang dan Onderwijs sistem pendidikan Tan Malaka mempunyai tiga poin, seperti:
  1. Memberikan senjata cukup untuk pencarian modal dalam kehidupan kelak. Dalam hal ini adalah dengan pemberian pembelajaran membaca, menghitung, menulis, ilmu bumi, Bahasa Belanda, Bahasa Jawa, Bahasa Melayu, dsb.)
  2. Memberikan hak-hak kepada murid-murid, seperti berkumpul atau membuat organisasi. Dalam hal ini murid-murid haruslah diberikan hak nya sebagai manusia yang sedang berkembang dengan meberikan suatu permainan, dan bukannya dengan tugas-tugas yang akan membatasi ruang lingkupnya. Sifat dan batin murid-murid itulah yang seharusnya di sambung oleh seorang guru. Dan guru disini bukanlah sebagai diktaktor tetapi lebih sebagai pemberi nasihat kepada anak muridnya. Sehingga diharapkan anak-anak untuk bisa berpikir sendiri serta jalan sendiri sendiri tanpa dikomando. Dan juga murid dapat diharapkan untuk bisa berkrasi dan juga menciptakan hal-hal yang baru.
  3.  Menuju kewajiban kelak kepada kaum Kromo ( kaum miskin ). Disini murid-murid selain harus berjibaku dengan buku, mereka juga haruslah melihat hal-hal sekitar mereka. Selain sebagai modal cara pandang mereka untuk kehidupan kedepannya, ini juga dimaksudkan agar kelak ketika mereka sudah menjadi orang tidak lupa dengan kaum bawah atau kaum miskin. Oleh karena dalam pendidikan ini, murid-murid selalu dibawa kedalam realita sosial masyarakat yang ada ditempatnya.
Dalam ketiga hal ini Tan Malaka merumuskan sekolah yang cocok untuk rakyat Indonesia. Sekolah dengan corak sosialis kerakyatan yang dapat diterapkan di Indonesia. Dengan ketiga poin itu tujuan Tan Malaka itu adalah :
1.        Di sekolah anak-anak SI mendirikan dan menguruskan sendiri pelbagai-bagai perkumpulan, yang berguna buat lahir dan batin (kekuatan badan dan otak). Dalam urusan tadi anak-anak itu sudah belajar membikin kerukunan dan tegasnya sudah mengerti dan merasa lezat pergaulan hidup.
2.       Di sekolah diceritakan nasibnya Kaum Melarat di Hindia dan dunia lain, dan juga sebab-sebab yang mendatangkan kemelaratan itu. Selainnya dari pada itu kita membangunkan hati belas kasihan pada kaum terhina itu, dan berhubung dengan hal ini, kita menunjukkan akan kewajiban kelak, kalau ia balik, ialah akan membela berjuta-juta kaum Proletar.
3.       Dalam vergadering SI dan Buruh, maka murid-murid yang sudah bisa mengerti, diajak menyaksikan dengan mata sendiri suaranya kaum Kromo, dan diajak mengeluarkan pikiran atau perasaan yang sepadan dengan usianya (umur), pendeknya diajak berpidato
4.       Sehingga, kalau ia kelak menjadi besar, maka perhubungan pelajaran sekolah SI dengan ikhtiar hendak membela Rakyat tidak dalam buku atau kenang-kenangan saja, malah sudah menjadi watak dan kebiasannya masing-masing.
Dari penjabaran pendidikan di negara sosialis tersebut dapat kita simpulkan, bahwa pendidikan itu sangat penting. Dan juga dalam sistem pendidikan sosialis tersebut dapat pula kita lihat lihat bahwa pendidikan bukan saja melahirkan intelek-intelek muda yang pintar-pintar, tetapi juga intelek muda yang sangat bertanggung jawab terhadap negaranya.



DISKUSI


Diskusi
Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih/kelompok. Biasanya komunikasi antara mereka/kelompok tersebut berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut.
Macam- macam Diskusi
1. Seminar
Pertemuan para pakar yang berusaha mendapatkan kata sepakat mengenai suatu hal.
2. Sarasehan/Simposium
Pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat prasaran para ahli mengenai suatu hal/masalah dalam bidang tertentu.
3. Lokakarya/Sanggar Kerja
Pertemuan yang membahas suatu karya.
4. Santiaji
Pertemuan yang diselenggarakan untuk memberikan pengarahan singkat menjalang pelaksanaan kegiatan.
5. Muktamar
Pertemuan para wakil organisasi mengambil keputusan mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
6. Konferensi
Pertemuan untuk berdiskusi mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
7. Diskusi Panel
Diskusi yang dilangsungkan oleh panelis dan disaksikan/dihadiri oleh beberapa pendengar, serta diatur oleh seorang moderator.
8. Diskusi Kelompok
Penyelesaian masalah dengan melibat kan kelompok-kelompok kecil.


Diskusi ditinjau dari tujuannya dibedakan menjadi :
(1). The Social Problem Meeting, merupakan metode pembelajaran dengan tujuan berbincang-bincang menyelesaikan masalah sosial di lingkungan;
 (2). The Open ended Meeting, berbincang bincang mengenai masalah apa saja yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dimana kita berada;
(3). The Educational Diagnosis Meeting, berbincang-bincang mengenai tugas/pelajaran untuk saling mengoreksi pemahaman agar lebih baik.

Ditinjau dari Bentuknya, dibedakan menjadi :
1. Whole Group, merupakan bentuk diskusi kelompok besar (pleno, klasikal,paripurna dsb.)
2. Buz Group, merupakan diskusi kelompok kecil yang terdiri dari (4-5) orang.
3. Panel, merupakan diskusi kelompok kecil (3-6) orang yang mendiskusikan objek tertentu dengan cara duduk melingkar yang dipimpin oleh seorang moderator. Jika dalam diskusi tersebut melibatkan partisipasi audience/pengunjung disebut panel forum.
4. Syndicate Group, merupakan bentuk diskusi dengan cara membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari (3-6) orang yang masing-masing melakukan tugas-tugas yang berbeda.
5. Brainstorming, merupakan diskusi iuran pendapat, yakni kelompok menyumbangkan ide baru tanpa dinilai, dikritik, dianalisis yang dilaksanakan dengan cepat (waktu pendek).
6. Simposium, merupakan bentuk diskusi yang dilaksanakan dengan membahas berbagai aspek dengan subjek tertentu. Dalam kegiatan ini sering menggunakan sidang paralel, karena ada beberapa orang penyaji. Setiap penyaji menyajikan karyanya dalam waktu 5-20 menit diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari audience/peserta. Bahasan dan sanggahan dirumuskan oleh panitia sebagai hasil simposium. Jika simposium melibatkan partisipasi aktif pengunjung disebut simposium forum. 7. Colloqium, strategi diskusi yang dilakukan dengan melibatkan satu atau beberapa nara sumber (manusia sumber) yang berusaha menjawab pertanyaan dari audience. Audience menginterview nara sumber selanjutnya diteruskan dengan mengundang pertanyaan dari peserta (audience) lain Topik dalam diskusi ini adalah topik baru sehingga tujuan utama dari diskusi ini adalah ingin memperoleh informasi dari tangan pertama.

8. Informal Debate, merupakan diskusi dengan cara membagi kelas menjadi 2 kelompok yang pro dan kontra yang dalam diskusi ini diikuti dengan tangkisan dengan tata tertib yang longgar agar diperoleh kajian yang dimensi dan kedalamannya tinggi. Selanjutnya bila penyelesaian masalah tersebut dilakukan secara sistematis disebut diskusi informal.
 Adapun langkah dalam diskusi informal adalah :
(1). menyampaikan problema;
(2). pengumpulan data;
(3). alternatif penyelesaian;
(4). memlilih cara penyelesaian yang terbaik.

9. Fish Bowl, merupakan diskuasi dengan beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang  ketua mengadakan diskusi untuk mengambil keputusan. Diskusi model ini biasanya diatur dengan tempat duduk melingkar dengan 2 atau 3 kursi kosong menghadap  peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi sehingga  seolah-olah peserta melihat ikan dalam mangkok.

10. Seminar, merupakan kegiatan diskusi yang banyak dilakukan dalam pembelajaran. Seminar pada umumnya merupakan pertemuan untuk
membahas masalah tertentu dengan prasaran serta tanggapan melalui diskusi dan pengkajian untuk mendapatkan suatu konsensus/keputusan
bersama. Masalah yang dibahas pada umumnya terbatas dan spesifik/tertentu, bersifat ilmiah dan subject approach.

11. Lokakarya/widya karya, merupakan pengkajian masalah tertentu melalui pertemuan dengan penyajian prasaran dan tanggapan serta diskusi secara teknis mendalam. Dalam diskusi ini bila perlu diikuti dengan demonstrasi/peragaan masalah tersebut. Peserta lokakarya pada umumnya
para ahli. Tujuannya mendapatkan konsensus/keputusuan bersama mengenai masalah tersebut. Telaahnya : Subject matter approach.

Tugas-tugas Para Pelaku dalam Diskusi Panel
starTugas-tugas Peserta:
  • mengikuti jalannya diskusi dari awal sampai dengan akhir dan terbagi menjadi tim affirmatif dan oposisi yang termasuk panelis,
  • mengajukan usul, pendapat, maupun komentar,
  • meminta panelis untuk memberikan pembuktian, contoh, maupun perbandingan.

starTugas-tugas Notula/penulis:
  • menulis jumlah peserta dan segala kegiatan dalam diskusi,
  • diperbolehkan untuk menyanggah,
  • diperbolehkan untuk menyetujui ataupun tidak menyetujui,
  • membuat makalah tentang permasalahan yang didiskusikan.

starTugas-tugas Penyaji/panelis:
  • menyajikan materi diskusi,
  • berperan sebagai pembicara dalam diskusi,
  • mengutarakan makalah yang disampaikan,
  • menjawab pertanyaan dari peserta dan penyanggah.

starTugas-tugas Moderator:
  • membuka diskusi,
  • membacakan riwayat kehidupan panelis,
  • mempersilakan panelis untuk berbicara,
  • mengatur dan memimpin jalannya diskusi,
  • membacakan kesimpulan diskusi.

starTugas-tugas Penyanggah:
  • menyanggah usulan dari tim affirmatif,
  • menyanggah pembicaraan panelis,
  • meneliti kata-kata dalam makalah,
  • melakukan pembuktian dan menentukan nilai banding,
  • menyanggah hal-hal yang dianggap penting.
Kelebihan-kelebihan dari Diskusi Panel
  • Memberikan kesempatan kepada pendengar untuk mengikuti berbagai pandangan sekaligus.
  • Biasanya dalam diskusi panel timbul pro dan kontra pandangan, semakin sengit pro dan kontra, maka diskusi akan semakin menarik untuk diikuti.
  • Dalam diskusi panel, kelompok yang melakukan diskusi akan berhati-hati dalam mengajukan pandangan atau mengemukakan pendapat, karena menyadari akan dapat langsung digugat atau dibantah.
  • Peserta yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang lebih dalam hal yang didiskusikan dapat menyampaikan pandangan.

Kewarganegaraan


 Faktor Disintegrasi
 Ketiga faktor yang mendorong terjadinya disintegrasi dalam masyarakat ,sebagaimana disampaiakan Stephen Ryan di atas, sedikit banyak dapat kita rasakan di tanah air kita belakangan ini.Munculnya berbagai konflik horizontal dan tuntutan merdeka dari beberapa daerah memperlihat kan bahwa kita memang sedang menghadapi bahaya disintegrasi nasional dalam tingkat cukup parah.Keadaan jadi semakin parah ketika fenomena separitisme muncul kepermukaan , hal ini tentu saja menambah kesulitan,paling sedikit dalam dua hal,yaitu:
Pertama, terpecah nya konsentrasi bangsa dari upaya-upaya serius yang sangat di butuhkan untuk membawa indonesia  keluar dari krisis ekonomi yang sangat parah
            Kedua, melemah nya kemampuan bangsa untuk mengatasi berbagai konflik antar -etnis termasuk fenomena separatisme itu sendiri.
    kedua hal ini saling mendukung.Terlambat nya bangsa indonesia keluar dari krisis ekonomi akan memperlambat pula penyelesaian konflik antar-etnis yang meluas, termasuk muncul nya gerakan saparitisme di beberapa daerah .Sementara itu ,terlambat nya penyelesaian berbagai konflik horisontal yang timbul dalam masyarakat, termasuk muncul nya gerakan saparitisme ,akan menyulitkan bangsa indonesia keluar dari krisis ekonomi.
    R.William Liddle , sebagaimana di kutip Nazarrudin Sjamsudin ,dalam studinya tentang perpolitikan heterogenitas etnis di Indonesia mengidentifikasi dua jenis halangan integrasi nasional yang di hadapi bangsa indonesia.
            Pertama, adanya pembelahan horizontal masyarakat yang berakar pada perbedaan suku,ras,agama,dan geografi.
            Kedua, adanya pembelahan vertikal,yakni celah perbedaan elit dan massa; latar belakang pendidikan masyarakat perkotaan menyebabkan kaum elit berbeda dari massa yang berpandangan tradisional di pedesaan.
   Dengan keragaman seperti itu, peluang untuk terjadi nya disintegrasi menjadi cukup besar.Bangsa indonesia memang penah mengalami situasi disintegrasi yang sangat parah,yaitu ketika muncul nya pergolakan daerah di seputar 1950-an.Ketika itu, kedua dimensi,vertikal maupun horizontal,muncul seacara beramaan dalam bobot yang besar.Pergolakan daerah tersebut tidak saja di picu oleh pembagian pusat daerah yang di rasakan kurang adil,tetapi juga oleh faktor-faktor lain ,perbedaan suku bangsa,agama,ras,dan geografis.



IDEOLOGI
            Dalam sejarah identitas nasional, ideologi menjadi slah satu faktor yang turut berperan besar,karena ideologi juga memberikan spirit dalam negara-negara di dunia.Lantas apa yang di maksud dengan ideologi? Ada banyak definisi tentang ideologi.
            Dalam kamus besar bahasa Indonesia(1995: 366),ideologi adalah: (1) kumpulan konsep bersistem yang di jadikan asas pendapat(kejadian) yang ,memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup;(2) cara berpikir seseorang atau suatu golongan;(3) paham,teori,dan tujuan untuk kesatuan program sosial politik.
            Dalam Collins Dictionary of Sociology(Jary,1991: 295), Ideologi adalah any system of ideas underlying and informing social and politic action.
            Dalam Vago(1989:90), ideologi ialah”a complex belief system that explains social arrangements and relationship”.
            Dalam Riberu(1986:4), ideologi adalah sistem paham atau seperangkat pemikiran yang menyeluruh, yang bercita-cita menjelaskan dunia dan sekaligus mengubah nya.
            Dalam Shariati(1982:146),mengartikan idelogi sebagai ilmu tentang keyakinan dan cita-cita yang di anut oleh kelompok tertentu,atau suatu bangsa dan ras tertentu.
       Dengan demikian ,ideologi dapat di artikan sebagai sistem paham mengenai dunia yang mengandung teori perjuangan dan di anut kuat oleh para pengikut nya menuju cita-cita sosial tertentu dalam kehidupan. Dalam rangka realisasinya, ideologi dan utopia itu sama, yakni merupakan suatu yang belum terjadi dan bukan fakta yang empiris. Ideologi itu merupakan proyeksi ke depan tentang gejala yang akan terjadi berdasarkan sostem tertentu.Misal nya, berdasar kan sistem kapitalisme, masa depan umat manusia adalah ekonomi, sedangkan berdasarkan sistem sosialisme adalah pemerataan dan keadilan. Bagi Mannheim ideologi ialah ramalan tentang masa depan di dasarkan pda sistem yang sedang berlaku, sementara utopia ialah ramalan tentang masa depan di ddasarkan pada sistem lain yang pda saat ini tidak sedang belangsung. Unsur -unsur ideologi sebagai suatu sistem paham.
  1.pandangan yang komperhensif tentang manusia ,dunia,dan alam semesta dalam kehidupan.
  2.rencana penataan sosial politik berdasarkan paham tersebut.
  3.kesadaran dan pencanangan dalam bentuk perjuangan melakukan perubahan-perubahan berdasarkan paham dan rencana dari ideologi tersebut.
  4.usaha mengarahkan masyarakat untuk menerima ideologi tersebut yang menuntut loyalitas dan keterlibatan para pengikut nya.
  5.usaha memobilisasi seluas mungkin para kader dan massa yang akan menjadi pendukung idelogi tersebut.
            Pada awal kelahiran nya d akhir abad ke-19 di negeri Barat(Prancis), ideologi sebagaimana dicetuskan pertama kali oleh Destutt de Tracy(1754-1836) merupakan ilmu pengetahuan tentang ide-ide”untuk menyusun ilmu pengetahuan baru yang menggantikan  prasangka-prasangka metafisika dan agama teosentrisme. Namun pada perkembangan berikutnya ,ideologi memang memiliki kecenderungan sebagai sistem paham yang tertutup atau ekslusif.Ideologi menurut pengikut nya memiliki funsi positip sehingga dianut dengan penuh keyakinan. Menurut Vago ideologi memiliki fungsi:
1.      memberikan legitimasi dan rasionalisasi terhadap perilaku dan hubungan sosial dalam masyarakat.
2.      sebagai dasar atau acuan pokok bagi solidaritas sosial dalam kehidupan kelompok atau masyarakat
3.      memberikan motivasi bagi para individu mengenai pola-pola tindakan dan harus dilakukan.
    Namun bagi sementara kalangan , ideologi juga di pandang memiliki sisi negatif. Napoleon memandang para  akademis yang utopis,doktriner, dan tidak realistik sebagai kaum “ideologis” dalam konotasi yang negatif. Karl Mark bahkan menuding ideologi sebagai “False consciousnees”..
            Pandangan-pandangan negatif mengenai idelogi itu tentu saja tidak dengan sendirinya menghilangkan fungsi ideologi dan keyakinan tertentu dari para pendukung suatu ideologi dalam kehidupan masyarakat. ideologi masih terus berkembang  ,meskipun tiadak mengalami sistematisasi  sebagaimana era sebelum ini. Kesadaran kritis akan kelemahan-kelemahan ideologi mulai tumbuh, kendati d sadari adanya kelebihan tertentu dari sistem ideologi.
            Kesadaran  akan kelemahan ideologi  kemudian melahirkan berbagai macam kriteria dan persyaratan di seputar ideologi.Alfian menyebut tiga dimensi  ideologi sebagai persyaratan pokok agar ideologi dapat berperan sebagai acuan utama. Tiga dimensi ideologi di jelaskan sebagai  berikut:
1.      Dimensi realitas, dimensi ini mencerminkan kemampuan ideologi untuk mengagregasikan  dan mengadaptasi nilai-nilai yang hidup dan berkembang d masyarakat.
2.      Dimensi Idealitas, yaitu bahwa kualitas idealisme yang terkandung di dalam nya  mampu mengugah harapan, motivasi, para pendukung ny, sehingga gagasan-gagasan vital yang terkandung di dalam nya benar-benar diyakini  akan dapat jadi kenyataan.
3.      Dimensi Fleksibelitas, dimensi ini mencerminkan kemampuan suatu ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan  masyarakat nya.