Sabtu, 24 Desember 2011

Kewarganegaraan


 Faktor Disintegrasi
 Ketiga faktor yang mendorong terjadinya disintegrasi dalam masyarakat ,sebagaimana disampaiakan Stephen Ryan di atas, sedikit banyak dapat kita rasakan di tanah air kita belakangan ini.Munculnya berbagai konflik horizontal dan tuntutan merdeka dari beberapa daerah memperlihat kan bahwa kita memang sedang menghadapi bahaya disintegrasi nasional dalam tingkat cukup parah.Keadaan jadi semakin parah ketika fenomena separitisme muncul kepermukaan , hal ini tentu saja menambah kesulitan,paling sedikit dalam dua hal,yaitu:
Pertama, terpecah nya konsentrasi bangsa dari upaya-upaya serius yang sangat di butuhkan untuk membawa indonesia  keluar dari krisis ekonomi yang sangat parah
            Kedua, melemah nya kemampuan bangsa untuk mengatasi berbagai konflik antar -etnis termasuk fenomena separatisme itu sendiri.
    kedua hal ini saling mendukung.Terlambat nya bangsa indonesia keluar dari krisis ekonomi akan memperlambat pula penyelesaian konflik antar-etnis yang meluas, termasuk muncul nya gerakan saparitisme di beberapa daerah .Sementara itu ,terlambat nya penyelesaian berbagai konflik horisontal yang timbul dalam masyarakat, termasuk muncul nya gerakan saparitisme ,akan menyulitkan bangsa indonesia keluar dari krisis ekonomi.
    R.William Liddle , sebagaimana di kutip Nazarrudin Sjamsudin ,dalam studinya tentang perpolitikan heterogenitas etnis di Indonesia mengidentifikasi dua jenis halangan integrasi nasional yang di hadapi bangsa indonesia.
            Pertama, adanya pembelahan horizontal masyarakat yang berakar pada perbedaan suku,ras,agama,dan geografi.
            Kedua, adanya pembelahan vertikal,yakni celah perbedaan elit dan massa; latar belakang pendidikan masyarakat perkotaan menyebabkan kaum elit berbeda dari massa yang berpandangan tradisional di pedesaan.
   Dengan keragaman seperti itu, peluang untuk terjadi nya disintegrasi menjadi cukup besar.Bangsa indonesia memang penah mengalami situasi disintegrasi yang sangat parah,yaitu ketika muncul nya pergolakan daerah di seputar 1950-an.Ketika itu, kedua dimensi,vertikal maupun horizontal,muncul seacara beramaan dalam bobot yang besar.Pergolakan daerah tersebut tidak saja di picu oleh pembagian pusat daerah yang di rasakan kurang adil,tetapi juga oleh faktor-faktor lain ,perbedaan suku bangsa,agama,ras,dan geografis.



IDEOLOGI
            Dalam sejarah identitas nasional, ideologi menjadi slah satu faktor yang turut berperan besar,karena ideologi juga memberikan spirit dalam negara-negara di dunia.Lantas apa yang di maksud dengan ideologi? Ada banyak definisi tentang ideologi.
            Dalam kamus besar bahasa Indonesia(1995: 366),ideologi adalah: (1) kumpulan konsep bersistem yang di jadikan asas pendapat(kejadian) yang ,memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup;(2) cara berpikir seseorang atau suatu golongan;(3) paham,teori,dan tujuan untuk kesatuan program sosial politik.
            Dalam Collins Dictionary of Sociology(Jary,1991: 295), Ideologi adalah any system of ideas underlying and informing social and politic action.
            Dalam Vago(1989:90), ideologi ialah”a complex belief system that explains social arrangements and relationship”.
            Dalam Riberu(1986:4), ideologi adalah sistem paham atau seperangkat pemikiran yang menyeluruh, yang bercita-cita menjelaskan dunia dan sekaligus mengubah nya.
            Dalam Shariati(1982:146),mengartikan idelogi sebagai ilmu tentang keyakinan dan cita-cita yang di anut oleh kelompok tertentu,atau suatu bangsa dan ras tertentu.
       Dengan demikian ,ideologi dapat di artikan sebagai sistem paham mengenai dunia yang mengandung teori perjuangan dan di anut kuat oleh para pengikut nya menuju cita-cita sosial tertentu dalam kehidupan. Dalam rangka realisasinya, ideologi dan utopia itu sama, yakni merupakan suatu yang belum terjadi dan bukan fakta yang empiris. Ideologi itu merupakan proyeksi ke depan tentang gejala yang akan terjadi berdasarkan sostem tertentu.Misal nya, berdasar kan sistem kapitalisme, masa depan umat manusia adalah ekonomi, sedangkan berdasarkan sistem sosialisme adalah pemerataan dan keadilan. Bagi Mannheim ideologi ialah ramalan tentang masa depan di dasarkan pda sistem yang sedang berlaku, sementara utopia ialah ramalan tentang masa depan di ddasarkan pada sistem lain yang pda saat ini tidak sedang belangsung. Unsur -unsur ideologi sebagai suatu sistem paham.
  1.pandangan yang komperhensif tentang manusia ,dunia,dan alam semesta dalam kehidupan.
  2.rencana penataan sosial politik berdasarkan paham tersebut.
  3.kesadaran dan pencanangan dalam bentuk perjuangan melakukan perubahan-perubahan berdasarkan paham dan rencana dari ideologi tersebut.
  4.usaha mengarahkan masyarakat untuk menerima ideologi tersebut yang menuntut loyalitas dan keterlibatan para pengikut nya.
  5.usaha memobilisasi seluas mungkin para kader dan massa yang akan menjadi pendukung idelogi tersebut.
            Pada awal kelahiran nya d akhir abad ke-19 di negeri Barat(Prancis), ideologi sebagaimana dicetuskan pertama kali oleh Destutt de Tracy(1754-1836) merupakan ilmu pengetahuan tentang ide-ide”untuk menyusun ilmu pengetahuan baru yang menggantikan  prasangka-prasangka metafisika dan agama teosentrisme. Namun pada perkembangan berikutnya ,ideologi memang memiliki kecenderungan sebagai sistem paham yang tertutup atau ekslusif.Ideologi menurut pengikut nya memiliki funsi positip sehingga dianut dengan penuh keyakinan. Menurut Vago ideologi memiliki fungsi:
1.      memberikan legitimasi dan rasionalisasi terhadap perilaku dan hubungan sosial dalam masyarakat.
2.      sebagai dasar atau acuan pokok bagi solidaritas sosial dalam kehidupan kelompok atau masyarakat
3.      memberikan motivasi bagi para individu mengenai pola-pola tindakan dan harus dilakukan.
    Namun bagi sementara kalangan , ideologi juga di pandang memiliki sisi negatif. Napoleon memandang para  akademis yang utopis,doktriner, dan tidak realistik sebagai kaum “ideologis” dalam konotasi yang negatif. Karl Mark bahkan menuding ideologi sebagai “False consciousnees”..
            Pandangan-pandangan negatif mengenai idelogi itu tentu saja tidak dengan sendirinya menghilangkan fungsi ideologi dan keyakinan tertentu dari para pendukung suatu ideologi dalam kehidupan masyarakat. ideologi masih terus berkembang  ,meskipun tiadak mengalami sistematisasi  sebagaimana era sebelum ini. Kesadaran kritis akan kelemahan-kelemahan ideologi mulai tumbuh, kendati d sadari adanya kelebihan tertentu dari sistem ideologi.
            Kesadaran  akan kelemahan ideologi  kemudian melahirkan berbagai macam kriteria dan persyaratan di seputar ideologi.Alfian menyebut tiga dimensi  ideologi sebagai persyaratan pokok agar ideologi dapat berperan sebagai acuan utama. Tiga dimensi ideologi di jelaskan sebagai  berikut:
1.      Dimensi realitas, dimensi ini mencerminkan kemampuan ideologi untuk mengagregasikan  dan mengadaptasi nilai-nilai yang hidup dan berkembang d masyarakat.
2.      Dimensi Idealitas, yaitu bahwa kualitas idealisme yang terkandung di dalam nya  mampu mengugah harapan, motivasi, para pendukung ny, sehingga gagasan-gagasan vital yang terkandung di dalam nya benar-benar diyakini  akan dapat jadi kenyataan.
3.      Dimensi Fleksibelitas, dimensi ini mencerminkan kemampuan suatu ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan  masyarakat nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar